Sebagai penikmat kopi hitam, saya selalu mencoba macam-macam kopi. Setiap pergi ke satu daerah, pasti cari kopi untuk oleh-oleh, dan untuk diminum sendiri. Biasanya saya beli yang sudah bubuk, biar lebih gampang gitu kan, kalau mau diminum tinggal seduh saja, begitu kira-kira.
Nah, salah satu masalah minum kopi hitam buat saya adalah, bagaimana caranya membuat kopi tanpa ampas.
Cara pertama saya adalah cara tradisional. Saya biasanya menyaring rebusan kopi dengan saringan teh yang rapat. Disaring dua tiga kali baru dimasukkan ke tumbler. Tapi kalau sedang buru-buru, kegiatan saring menyaring kan lumayan makan waktu ya.
Kemudian, mulailah saya beli kertas saringan kopi. Sebenarnya, pertama kali beli saringan kopi ini adalah untuk mesin kopi di ruangan kami di kantor. Saya dan seorang sahabat, Mbak Wit, tak bisa melewatkan hari tanpa ngopi sore di kantor. Maka kami patunganlah membeli mesin kopi sederhana, yang harganya tidak terlalu mahal sih, namun kemudian kami sadar bahwa yang bikin banyak pengeluaran bukan mesinnya tapi kopinya, karena sebungkus kopi 250 gram bisa dikatakan hanya bertahan satu minggu. Hahah. Eh tapi masih mendinglah daripada harus ke kafe setiap hari untuk segelas kopi seharga 30ribu. Okay, lanjut ke kertas saringan kopi. Kalau untuk dipakai di mesin kopi kami tentu sesuai, karena memang tinggal diisi dengan kopi, dimasukkan ke dalam tempat corong, nyalakan mesin, dan air mendidih akan turun membasahi kopi, terus hingga ke teko. Tapi kalau untuk saya di rumah, jelas sebuah kesalahan karena kertas saringan kopi, atau filter kopi istilah kerennya, seharusnya digunakan untuk proses manual brew. Artinya saya harus punya alat manual brew lagi. Halah, repot amat ya.
Lalu, cari lagi cara lain. Cari di online shop, vietnamese drip coffee. Namanya juga baru mencoba, beli yang murah meriah, Rp50.000. Nah, yang ini lumayan membantu, terutama kalau pengen minum kopi susu. Tapi untuk alat ini, kopi giling yang digunakan sebaiknya yang gilingan medium. Kalau terlalu halus, bubuk kopinya ya lolos semua ke bawah. Akibatnya harus disaring dua kali, which is sama saja dengan cara pertama tadi, pakai saringan teh. (Atau mungkin karena yang saya beli terlalu murah?)
Cara Bikin Kopi Hitam Enak dengan Moka Pot
Sampai akhirnya, dua minggu lalu saat browsing-browsing cari alat masak kopi dll, saya menemukan cara membuat kopi hitam yang lebih efisien. Yaitu dengan moka pot.
Sebentar – sebentar, mungkin nanya, kenapa saya tidak beli saja mesin kopi yang simple seperti di kantor? Alasannya karena di rumah ini hanya saya penikmat kopi. Hanya butuh secangkir kopi kan sayang kalau harus beli mesin kopi besar yang makan tempat. Plus harapan saya, alat seduh kopi apa pun yang saya beli, harus bisa saya bawa-bawa. Bawa pulang mudik misalnya.
Apa sih moka pot ini, dan bagaimana cara kerjanya?
Moka pot ini bisa dikatakan sebagai kompor espresso. Cara kerjanya sederhana: air mendidih di dalam aluminium pot, lalu air mendidih itu naik ke atas melewati pipa corong menembus ke tempat bubuk kopi, lalu naik lagi menembus saringan di atasnya, dan keluar di wadah aluminium bagian atas. Cara kerja ini yang katanya bikin moka pot ini jadi mirip dengan espresso. Yaitu metode air mendidih yang mengekstraksi kopi hanya dengan mengaliri saja, tidak merendam kopinya.
Setelah cari-cari info dan baca review lebih lanjut dari bermacam merek yang dijual di sebuah online shop, pilihan saya pun jatuh ke merek Bialetti. Ada dua jenis yang bikin saya mikir, mau pilih yang mana ya? Bialetti Moka Express atau Bialetti Brika. Kalau yang pertama, itu cocok untuk mereka yang ingin menikmati kopi dengan citarasa yang lebih light dan tidak terlalu kuat. Sebaliknya, Bialetti Brika akan menghasilkan lebih banyak crema sehingga mendapatkan kopi dengan citarasa yang lebih kuat, lebih intense, dan juga lebih kental. Saya pribadi suka dengan citarasa yang lebih kental, tapi di sisi lain agak ragu karena kok nanti malah jadi kecanduan kopi benar-benar (padahal ya udah kecanduan juga). Akhirnya pilihan jatuh pada Bialetti Moka Express, yang untuk 2 cups (120 ml).
Tiga hari kemudian paket tiba. Saat saya buka pertama kali, eh ternyata kecil banget. Jadi untuk kita orang Indonesia yang biasa minum kopi di cangkir atau di gelas, ukuran moka pot 2 cups ini sama dengan segelas kopi yang biasa kita minum. Memang sebelumnya saya sudah ukur berapa itu 100 – 120 ml, dan sempat terpikir untuk beli yang untuk 3 cups, soalnya saya kalau minum kopi itu segelas. Tapi mahal kali euiiii harganya…… Makanya ambil yang 2 cups, kirain cukup, eh ternyata kurang. Hehe.
Pertama kali mencoba, rasanya kagum, takjub, noraklah hahah..! Melihat kopi yang keluar dari katup dan mengisi wadah di atas. Bersih, tanpa ampas. Mengenai rasa, rasanya pas, tidak terlalu light juga, cukup kuat kok. Tergantung kopi yang dipakai tentu saja ya.
Nah, sedikit tips yang bisa saya berikan bila ingin mencoba moka pot ini. Saat meratakan bubuk kopi di wadah, jangan ditekan atau dipadatkan, dan juga jangan terlalu penuh. Ini penting agar air mendidih di bawah bisa naik dan menembus kopi. Kalau terlalu padat, air akan mampet di situ, merendam bubuk kopinya. Kemudian, pastikan api di kompor juga tidak terlalu besar atau melewati besarnya moka pot. Kalau kompor kita tidak punya setelan api kecil, agak susah untuk meletakkan moka pot ini. Harus dibuat tambahannya, atau pakai kompor mini portable. Lalu, ketika semua air mendidih sudah naik dan memenuhi wadah di atas dan terlihat uap keluar, artinya proses ‘memasak kopi’ ini sudah selesai. Tinggal dituang ke cangkir. Selesai deh.
Oh ya, tadi di atas saya sudah katakan bahwa moka pot 2 cups ini sebenarnya hanya cukup untuk 1 orang. So saran saya bila pembaca TS ingin beli moka pot untuk dinikmati ramai-ramai, belilah yang untuk 6 cups sekalian. Bisa untuk 3-4 orang. Cuma memang harus siap merogoh kocek lebih dalam.
Baca juga: Ini Lho Moka Pot yang Saya Pakai buat Ngopi di Rumah
Selamat mencoba ya. Atau bila pembaca punya pengalaman lain cara bikin kopi tanpa ampas tapi juga praktis, boleh lho di-share.
Oh ya, baca juga postingan tentang Cara Ngopi Yang Benar Agar Dapat Manfaatnya di sini.
Demi menikmati kopi hitam yang nikmat, tanpa ampas.
-ZD-
Pingback: Ini Cara Ngopi yang Benar agar Dapat Manfaatnya | | BLOG-nya Zizy Damanik
aku sampai sekarang masih berupaya menikmati kopi. sulit untuk ‘bersahabat’, karena entah mengapa perutku langsung bergejolak.
Jadi waktu ikutan Coffee Class Setarbak, gaya-gaya aja itu ya? Hihihi…
Saya peminum kopi juga. Untuk kebutuhan ngopi di rumah sih saya cuman pake french press aja. Tapi ya itu, kalo pake french press nge-grind kopinya harus agak kasar juga. So far french press ini masih jadi mesin kopi tercepat dan terpraktis di rumah.
Saya pernah pakai french press, tapi ya karena kopinya mostly cukup halus jadi gak cocok juga pakai itu…
Ngopi sudah menjadi gaya hidup, ya, Mbak. Di mana-mana laki perempuan ngopi. Dan saya perhatikan harga secangkir kopi hitam murni lebih mahal dari yg model-model kopi susu, latte, dan apalah namanya. Saya gak suka ngopi, tapi suka lihat barista ngebrew kopi hehe..
Praktis ya Mbak kalau penyuka kopi punya alat macam Moka Pot, lebih hemat dan praktis
Mbak…
Saya penyuka kopi hitam juga. Tapi sampe saat ini kalo untuk sehari-hari pasrah dgn kopi hitam sachet-an. Model vietnam drip itu kalo pas nongkrong di kedai kopi, selalu itu yg saya pesan.
Boleh juga nih kopi hitam tanpa ampasnya…
Salam,
Kopi hitam sachet nescafe itu sudah gak mempan sih kalau saya, hehe…
Boleh tuh Pak, dicoba bikin kopi hitam tanpa ampasnya…
bukan penggemar kopi hitam, tapi produknya menarik
Moka pot juga andalan suami saya sejak dulu, Mbak. Selalu dibawa kemana pun. Termasuk kalau lagi naik gunung
Iyaaaa Mbaaaa…. ini sih praktis bisa dibawa2….. ?