Jalan-jalan ke Gili Air – Naik Cidomo & Diving

Day 2: 16 May

Baca kisah hari pertama Gili Air Trip ini di sini.

Siapa ya yang kemarin pertama kali bilang mau bangun pagi lihat sunrise? Yang ada malah molor sampai jam 8.

Bangun pagi dan sarapan di restoran, bertemu dengan dua perempuan bule yang jadi tamu di Omah Gili. Si perempuan muda menyapa “Selamat Pagi” dengan aksen “Good Morning”, lalu melanjutkan sarapannya. Berbicara pelan. They seems enjoy menginap di situ, juga sangat respek dengan pelayanannya. Selesai makan, si perempuan muda berkata ke pegawai Omah Gili, “Enak sekali… terima kasih.” Lalu sepertinya mereka lanjut ke pantai untuk berenang.

Pagi hari hingga siang berarti air pasang. Ombak memecah tepi pantai, dan bule-bule berenang. Vay bilang ingin naik cidomo, kendaraan bertenaga kuda yang jadi andalan di Gili Air selain sepeda. Berjalan kakilah kami dari belakang Omah Gili, agar bisa melihat juga sisi perumahan penduduk di dalam itu seperti apa. Ya, sejauh-jauhnya jalan, ya tetap saja gak jauh, cuma segitu-gitunya. Husband menunjukkan warung makan ala warteg, yang katanya kalau siang selalu ramai. Bule-bule juga mengantri beli makanan di situ. Jadi nanti siang rencananya memang mau beli makanan di situ.

Sempat ketemu juga dengan klinik kesehatan. Yang tidak ada itu, kantor polisi. Iya, tak ada polisi atau pun hansip di Gili Air. Kata si Oom manager Omah Gili, di Gili Air tidak ada yang berani niat jahat. Kalau dia buat jahat, mau lari kemana juga. Nanti diikat dan dilempar ke laut sama orang. Jadi semua di sana saling menjaga keamanan bersama.

Berjalan kaki hingga pelabuhan, barulah kelihatan cidomo-cidomo berbaris. Kudanya ada yang gendut, ada yang kecil, tapi tidak ada yang kurus. Baruuu saja duduk di atas gerobak, si kuda kecil tadi langsung lari kencang, padahal kita ada lima orang lho di atas. Anak dan bapaknya, si pengendara cidomo duduk di depan, dan kita di belakang.

cidomo

cidomo

pelabuhangiliair

Jadi kita minta diantar mengelilingi pulau. Berkeliling dengan cidomo memang menyenangkan. Ketemu laut, bule-bule yang berjemur, melewati perkampungan, juga bertemu sapi. “Itu binatang apa, Yah?” Tanya Vay menunjuk sesuatu di kejauhan. “Itu anak sapi.” Saya langsung senyam-senyum. Mengingat keluguan yang sama waktu ramai-ramai sama keluarga dulu ke Rumah Kai (dua puluh tahun lalu kalau tak salah). Waktu mau menyeberang pakai kapal, saya takjub lihat satu binatang yang berdiri tak jauh dari kami, lalu berkata, “Ge, lihat itu, ada rusa!” Dan abang saya menukas, “Biking malu saja, itu anak sapiii…” LOL.

Habis naik cidomo, Vay minta ice cream. Aduuhhh kayaknya dia ketagihan banget sama ice cream di Gili Air itu. Minta terus-terusan, mahal pula, Rp 18ribu satu scoop.

Lalu, ayah Vay mendadak ajak diving. Mampus. Saya langsung deg-degan. Aaah…. tidaaakkk… padahal kemarin-kemarin saya sempat nyeletuk kira-kira di Gili Air nanti mau diving gak. Katanya, lihat ntar. Dan ternyata begitu beneran diiyakan, saya malah panik. Dasar norak. Takut. Cerita lengkap soal diving ada di postingan terpisah ya, soalnya panjang.

Tapi akhirnya ya jadi diving. Lalu Vay bagaimana? Nah, sebelum pergi, sekitar jam setengah dua, ayah Vay sudah bilang ke Vay, ayah dan maminya akan pergi diving sampai jam tiga. Dia harus berani, di Omah Gili main di kamar juga bisa, atau kalau bosan bisa main ke Manta Dive, tempat kita ambil trip diving. Ayah Vay bilang, jangan kalah sama anak bule. Itu bapak ibunya diving, anaknya dibiarkan saja di Manta, main sendirian. Dan gak ada yang niat jahat juga, karena di Gili Air, aman-aman saja.

Vay OK. Kami pergi dan dia bubye-bubye meski kelihatan enggan ditinggal. Nah, pulang dari diving, sekitar jam empat, saya habis meletakkan wet suit, langsung balik ke Omah Gili ingin lihat apa Vay baik-baik saja. Suami menyusul di belakang.

Masuk ke dalam. Ternyata Vay sedang main di dekat kamar, ditemani para pegawai hotel. Dia bilang dia baik-baik saja. Saya periksa-periksa dulu dia, apakah ada apa-apa, dan aman. Syukurlah. Dia bilang, tadi dia berani datang ke Manta Dive sendirian, cari ayah dan mami karena lama banget, tapi karena gak ada ya sudah dia kembali ke Omah Gili, juga sendirian. Takjublah kami. Tak sangka dia bisa juga seperti anak bule. Gak manja, gitu.

Ayah Vay lanjut berenang, meluruhkan garam di badan. Vay ikut dengannya, dan saya mandi, kemudian menghabiskan nasi bungkus dari warteg. Sejam kemudian mereka datang, sudah selesai berenang. Ayahnya cerita, Vay sudah pintar pakai snorkel, tadi baru diajari snorkeling sama teman ayah si empunya Omah Gili (sesama instruktur selam). Wuih, saya langsung tahu, pasti dia dapat om favorit baru lagi.

Eh tapi cerita belum selesai. Ternyata, tadi itu saat kita pergi diving, Vay akhirnya nangis juga! Hahah. Jadi ketika jam sudah menunjukkan pukul tiga, dia langsung call ke handphone ayahnya, sampai enam kali! Karena memang kita di laut, dan handphone dititip di Manta, ya gak diangkat dong. Vay kayaknya panik dan takut karena ini sudah melewati waktu yang dijanjikan. Pergilah dia ke dekat pool, duduk, dan menangis. “Mamiii…. huhu…. Aayahhh… huhu…” Lalu datanglah si Om manager penginapan. Baru dia ditemani pegawai Omah Gili ke Manta Dive untuk ngecek ayah dan maminya.

So, memang benar dia menyusul ke Manta. Tapi tidak sendiri, melainkan ditemani. Saya pikir, Vay tidak bermaksud berbohong. Cuma ya, dia malu untuk berterus terang mengatakan dia menangis tadi. Ternyata ya, memang butuh waktu untuk jadi anak mandiri. Ini pertama kalinya pula dia ditinggal sendiri, gak ada nanny, di hotel (meskipun ya yang punya hotel itu teman ayahnya jadi kita juga tenang aja ninggalin), ditinggal dua jam lebih pula. Pantaslah ya panik. Apalagi sudah melewati waktu yang dijanjikan. Ah, kasihan kamu, Nak! Langsung saya sayang-sayang pipinya.

Malam harinya, kami makan ke Scallywags. Sebelum ke situ, mampir dulu ke warung biasa, beli ayam goreng dan tempe. Resto-resto itu tidak menjual makanan rumahan, jadi susah ini kita cari makanan untuk Vay.

Jadi ya, kita makan di Scallywags, sambil pinjam piring untuk tarok makanan Vay. Hahah, untungnya diizinkan sih, pengertian mereka karena ini untuk anak kecil.

Thanks sudah berkunjung ke TehSusu.Com. Subscribe to Get More. Enter your email address:Delivered by FeedBurner
Sharing is Caring

by

About Zizy An emotional mother of one daughter who likes to share her life journey. Passionate in travel, photography, and digital content. Drop your email to hello@tehsusu.com to collaborate.

24 thoughts on “Jalan-jalan ke Gili Air – Naik Cidomo & Diving

  1. Liburan yang menyenangkan….
    Setelah baca ini saya malah kepikiran hukuman buat para koruptor kak. Gimana kalo koruptor itu diikat pake tali terus cemplungin ke laut ya… hahahah

  2. Huadeh indah banget tempatnya dan cantik banget jepretan kameranya.
    Jadi kepikiran 2 hal nih Mbak. 1. Kapan saya bisa juga jalan-jalan kesana dan 2. Kapan saya bisa motret yg hasilnya secantik hasil jepretan Mbak Zizy ini…

    Pokoknya, ngiri banget nih Mbak…

    Salam,

  3. hiiks…baca postingan ini jadi sediiih…harusnya sempet ke sini sebelum terdampar di mariiih..udah rencana namun suami ngg izinin pergi sendiri..Cantiik ya Giliii…pokoknya next time langsung aja berangkat, ngg usah kelamaan mikirnyaa..makasih udah shariiing :D..

  4. Oalaaa ternyata ownernya tmn ayahnya Vay yah.. Td aku baca jg sm ky Arman, apa ga takut kak Zy ninggal Vay hehehe ternyataaa hihihi

    Ahh suka sekali dgn foto2nya 😀

  5. Tabik dulu untuk Vay yang berproses jadi berani.
    Foto rumah penduduk lokalnya apik, modernitas bersanding serasi dengan lokal. Sabar menunggu postingan diving….

    • Zizy

      Iya bener, di sana yg tradisional tetap dijaga, jadi indah tetap terlihat. Postingan diving sudah adaaa….

Leave a Reply to Zizy Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *