Ku Takut Jadi Sombong

Clue: Ini adalah postingan lama di blog satu lagi yang aku sudah tutup dan tulisannya kupindahkan ke sini.


Belakangan ini aku makin percaya kalau urusan duniawi telah membuat jiwaku kering. Aku terbawa suasana, mulai kecanduan dengan superficial things, dan akhirnya aku seperti kehilangan jati diriku sendiri.

Rich traveler

Social media membantuku menjadi seperti itu. Menjadi orang sombong yang selalu tak mau kalah dengan orang lain. Dan aku merasa seperti itu gara-gara kejadian seorang teman di kantor. Teman baikku, yang sangat berlebihan dan sangat menikmati pujian orang lain. Dia melakukan segala hal untuk mendapatkan itu. Ganti gadget terus agar dibilang update, kemudian juga jago menjilat atasan: bolak-balik mengajak makan keluar dan dia yang bayarin.

Kadang aku tak sanggup menolak kepolosannya, karena dia memang sangat menikmati hidupnya yang sekarang sedang bergelimang kemewahan. Dinikahi oleh mantan bosnya dulu – yang menceraikan istri pertamanya demi dirinya, cerita tidak enak itu selalu ada di sudut hati setiap orang di kantor yang tahu. Mereka mencintainya sebagai teman, namun di sudut hati mereka terdalam mereka tak bisa menerima perlakuannya dalam merebut suami orang. Tapi tak ada yang tega berkata kasar padanya, karena sebagai teman, temanku ini sangat penyayang. Cuma dia sering lupa diri, dan aku selalu marah karena hal itu, dan kalau aku sudah marah, aku tak sanggup untuk bicara baik-baik.

Perlukah semua kemewahan itu dipamerkan? Perlukah semua diucapkan secara verbal dan juga dishare di social media? Bercerita tentang sepatu puluhan juta yang dibeli suaminya, kemudian memamerkan gadget terbaru yang dibelinya, aku kok merasa dicubit ya. Setelah dicubit aku jadi marah. Aku tak iri dengan semua superficial itu, tapi sejujurnya aku malu. Malu dan sedih.

Begitu banyak orang miskin di luar sana. Pantaskah kita bersombong ria? Aku jadi malu saat ingat aku juga sering berbagi foto saat makan di restoran mahal atau ngopi seharga biaya makan pemulung untuk tiga hari. Tidak bermaksud sombong saat melakukan itu, tapi ketika sekarang aku pikir, ah ternyata itulah yang namanya sombong. Karena orang sombong suka tak sadar apa yang dia lakukan.

Maafkan aku, Tuhan. Tolong sering ingatkan aku agar aku tidak lupa diri dan tidak menjadi orang yang sombong.

-ZD-

 

Sharing is Caring

Share this Post



This entry was posted in Opini. Bookmark the permalink.

by

About Zizy An emotional mother of one daughter who likes to share her life journey. Passionate in travel, photography, and digital content. Drop your email to hello@tehsusu.com to collaborate.

One thought on “Ku Takut Jadi Sombong

  1. Pingback: Menghitung Waktu | | Life & Travel Journal Blogger Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *