Landscape-an di Pantai Watu Lumbung

Landscape-an di Pantai Watu Lumbung

Dari beberapa tempat wisata di Jogja yang kami kunjungi kemarin, saya akan berbagi cerita mengenai satu pantai yang cukup eksotis. Namanya Pantai Watu Lumbung, yang berada di Desa Jepitu, Kecamatan Girisubo, Gunungkidul. Katanya pantai ini menjadi pantai favorit wisatawan karena memiliki keunikan yang berbeda dengan pantai lainnya. Saya sih gak percaya, sungguh gak percaya, sebelum saya datang sendiri ke sana dan membuktikannya. Dan memang akhirnya saya buktikan sendiri. 🙂

Keunikan yang dimiliki oleh pantai ini adalah karang yang menjorok ke tengah laut. Ya kalau dilihat-lihat, saya pikir ini cukup menyerupai pulau kecil. Pesona alaminya yaitu batu karang raksasa yang bentuknya mirip lumbung itulah yang kemudian menjadi ide nama pantai ini, Watu Lumbung. Di sekitarnya bertebaran batu-batu ukuran besar, yang konon katanya merupakan bekas letusan gunung api purba, Gunung Batur.

Cara Mencapai Pantai Watu Lumbung

Pantai ini terletak di antara Pantai Wediombo dan Pantai Jungwok, kawasan Gunung Batur, jadi ketiga pantai ini berada di seputaran wilayah yang sama. Tepatnya beralamat di Desa Balong Kecamatan Girisubo, Gunungkidul. Untuk mencapai lokasi, kami mengandalkan Google Maps — yang sering lupa ingatan dan bikin kami salah belok meski kemudian akhirnya sampai. LOL.

Kami menginap di homestay di dekat Pantai Wediombo. Untuk rate homestay di sana, jujur mahal. Udah kayak hotel aja bah, tapi karena gak ada pilihan lain, ya dimaklumi sajalah. Dapat kamar ber-AC, kamar mandi dengan sabun, sikat gigi dan odol. Yang saya kurang suka adalah toiletnya, toilet jongkok. Setelah makan siang ikan bakar, istirahat sebentar menunggu panas matahari sedikit reda, baru kita beres-beres untuk ke Pantai Watu Lumbung. Yeayy…!!

Kami akan turun ke pantai dengan ditemani guide local, namanya Pak Yatno. Memang sebaiknya ke sini menggunakan jasa guide local ya agar aman karena trekingnya lumayan terjal. Eniwei sebelumnya saya sudah tanya ke teman saya Jud yang sudah pernah ke sini, ada portir gak, soalnya kan gembolan berat nih ya, udah kebayang gimana pegelnya pundak. Terus katanya, buat apa pakai portir, wong kita parkir udah langsung di pantai kok. Dan saya percaya.

Ternyata? Memang iya sih begitu parkir langsung ketemu pantai, tapi harus turun lagi ke bawah kurang lebih 10 menit dengan jalan yang cukup curam. Hadeeh… Langsung pengen remes-remes roti. Tapi untungnya dibantu banget sama Pak Yatno, yang sungguh-sungguh-sungguh helpful. Saya sampai mengulang tiga kali kata sungguh, lho, karena memang si bapak pemandu ini ringan tangan. Seorang diri mampu mengangkut tiga tripod berat dan dua tas kamera. Kata beliau sih, sehari bisa lebih dari 5 kali naik turun jadi udah biasa. Maka turunlah kami ke bawah menyusuri jalan setapak, lumayanlah seperti menuruni tebing rasanya karena pantai yang keren itu ada di bawah sana. Kata Pak Yatno, treking yang kami lalui kemarin sedang dalam proses perluasan, mau dibuat lebih bagus dan nantinya akan ada ojek. Ojek ini bukan untuk bawa pengunjung dari atas sampai ke pantai lho ya, tapi hanya dari ujung jalan di depan sana sampai ke warung miliknya, tempat kami memulai treking.

Dan akhirnya saya buktikan keeksotisan pantai ini! Sungguh luar biasa. Kalau sudah ketemu pantai begini tuh, saya tak pernah bosan berkata dalam hati, “Aihh mirip sa pu pantai di Biak.” Begitu terus, hahaha… Gpplah ya, kerinduan ini terobati sedikit dengan menjumpai pantai-pantai eksotis begini.

Pantai Watu Lumbung

Pantai ini sedikit mengingatkan saya akan satu pantai yang saya kunjungi di Bali beberapa waktu lalu. Bedanya pantai ini batu besarnya banyak sekali. Harus ekstra hati-hati agar tidak kejeblos. Pantai Watu Lumbung ini masuk wilayah Pantai Selatan, yang terkenal dengan ombak-ombak gaharnya yang tak kenal lelah menghajar bebatuan (dan menghajar kita juga kalau gak hati-hati).

Kami main di sini cukup lama, bertahan menunggu langit memerah. Dan akhirnya ketika jam menunjukkan pukul enam sore, matahari perlahan menghilang dan langit mulai memerah. Kereeennn bangeettttt…..!!! Langsung jatuh cinta sama pantai ini. Saya yakin dua teman lainnya pun sama dengan saya, langsung jatuh cinta sama pantai ini. Meski lambat laun langit semakin menggelap tapi juga semakin memerah, kami rasanya enggan untuk bergerak. Akan tetapi akhirnya kami sadar bahwa pantai selatan ini sudah memberi kode agar kami segera kembali ke darat. Air sudah mulai pasang dan melemparkan ombak-ombak yang semakin menggila.

Ok. Tadi itu cerita serunya. Saat-saat harus mendaki ke atas adalah saat-saat kegelapan. Pertama, memang suasananya gelap banget — hanya dibantu oleh penerangan senter kecil milik Pak Yatno. Saya melakukan kebodohan dengan meninggalkan headlamp di mobil. Sudah lama gak landscape-an sih jadi saya lupa kalau balik dari pantai pastilah sudah gelap gulita. Kedua, ternyata naik ke atas itu capeknya luar biasa. Benar-benar mendaki. Lelahhh…

Tiba di warung milik bapak pemandu, baru kami istirahat sebentar dan meneguk minuman dingin di dalam ice box. Plus kacang rebus, bok. Malam-malam, di tengah hutan, gelap-gelap, makan kacang rebus. #Ternikmat #TapiSedikitSerem

Mau ke Pantai Watu Lumbung?

Ada beberapa hal yang saya highlight yang bisa jadi tips buat teman-teman yang ingin ke sini.

  • Saat ini sinyal telekomunikasi nyaris tidak ada. Di homestay total gak ada sinyal. Di parkiran Pantai Watu Lumbung ada sedikit sinyal yang hilang timbul, jadi begitu kemarin dapat sinyal langsung saya pakai kesempatan itu untuk menelepon Dek Vay. Segitunya ya dunia ini sekarang, kehilangan sinyal langsung panik. LOL.
  • Gunakan sandal atau sepatu dengan alas yang tidak licin. Saya menggunakan sepatu karet yang saya beli online seharga dua ratus ribuan. Lumayan kuatlah. Mau menjejak di dalam air aman tanpa perlu takut menginjak sesuatu yang tajam.
  • Gunakan pakaian yang nyaman karena cuaca di pantai berangin tapi panas. Saya mengenakan kaos biasa dilapisi jaket tipis untuk melindungi dari panas, dan celana panjang dengan bahan quick dry. Kecebur air sedikit gpp, setengah jam sudah kering sendiri.
  • Bawa air minum yang cukup tentu saja. Kalau kehausan di bawah, repot nanti karena di bawah tidak ada warung.
  • Bawa powerbank buat persiapan berswa foto di pantai. Meski tidak ada sinyal, nanti saat di atas bisa langsung upload kan?
  • Kalau ke sini harus didampingi oleh teman atau pemandu yang sudah berpengalaman. Bila mau landscape-an ke sini, bisa hubungi @ezytrip.id yang menyediakan paket photo trip landscape. *Jangan lupa ajak saya juga dong yaaa…. 🙂

Jadi, kapan mau main ke pantai eksotis ini? Bagi yang suka hunting foto landscape, pantai ini wajib banget dieksplor. Cuzzz….

-ZD-

10 Comments

  1. ya Allah indahnyaaa mbaaa… aku baca tulisanmu dan liat foto2nya aja udah merinding… mudah2an kapan2 sempet main2 ke sana juga…

    • Zizy

      Iya Mbak, memang tempat ini indah dan eksotis betul. ^^)

  2. Subhanallah indah banget ini kak Zizy. Pengen deh nanti kalau ke Yogya kesini juga. Foto kak Zizy selalu cakep deh.

  3. Saya percaya Mba Zizy jepret banyak di Watu Lumbung. Entah kenapa hanya 3 foto yang diupload. Di mana saya bisa melihat foto-foto lainnya Mba?

    Sebagai orang gunung, sejujurnya saya lebih familiar dengan toilet jongkok. Sebab dari toilet orang gunung ini, biasanya ide menulis lahir dari sini, bersama kelahiran hal-hal lain yang disegerakan. Hehe…

    Fotonya selalu epic mba?

    • Zizy

      Terima kasih Masbroh.
      Foto2 belum upload semua sih memang hehe…
      Bisa follow2an di IG ya Mas. @zizydmk

    • eh ada masbroh, setuju mas, toilet jongkok memang sumber inspirasi terbaik, hahaha.

      fotone mbak zizy epik-epik banget, jadi pengen belajar motret sama beliau ini.

      • Zizy

        Hahahahaa…. aduh sy gak suka sih toilet jongkok. Lelah…. LOL.

  4. ya ampuuun Zy cantic bangeeet…and all those spots are jawdropping banget yaaa. Suka litany. Positif masuk bucket list deh!

    • Zizy

      Iya Mbak Indah. Meski butuh perjuangan tapi sesuai hasilnya…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *