Perbedaan Candi Prambanan dan Borobudur sering bikin orang bingung—seperti melihat saudara kembar yang mirip tapi sebenarnya punya kisah dan karakter yang sangat berbeda. Saya sendiri awalnya sering salah nyebut: “Aku ke Prambodur!” Padahal dua-duanya luar biasa, tapi … dua-duanya beda banget!
Menurut situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Borobudur adalah candi Buddhis terbesar di dunia, sedangkan Prambanan adalah kompleks Hindu terbesar di Asia Tenggara. Bila kalian ingin tahu nuansa dan cerita unik masing-masing, simak terus tulisan ini!
Asal Usul & Sejarah Masing-masing Candi
Candi Borobudur
Borobudur dibangun pada abad ke-8–9 oleh Dinasti Syailendra sebagai kuil Buddhis, tepatnya antara tahun 778–850 Masehi. Candi ini berbentuk piramida bertingkat dengan stupa-stupa melingkar di atas platform berbentuk mandala tiga dimensi. Menurut UNESCO, ini adalah monumen Buddhis terbesar, sekaligus simbol pencapaian kebudayaan Hindu-Buddhis Jawa zaman dulu. Pada tahun 1814, Sir Thomas Stamford Raffles menemukannya kembali setelah tertimbun abu vulkanik dan hutan belantara. Kini, reliefnya menceritakan ajaran Buddha dan autobiografi spiritual yang mendalam.
Candi Prambanan
Sementara itu, Prambanan dibangun pada abad ke-9 oleh Raja Rakai Pikatan dari Wangsa Sanjaya sebagai persembahan untuk Dewa Brahma, Wisnu, dan Siwa. Menara utama di tengah adalah Candi Siwa setinggi sekitar 47 meter. Kompleks ini direstorasi mulai tahun 1930-an dan menjadi situs Warisan Dunia UNESCO sejak 1991. Prambanan juga mengandung relief epik kisah Ramayana, lengkap dengan panggung sendratari Ramayana setiap malam di pelataran candi.
Sejarah kedua candi ini menunjukkan bagaimana dua aliran spiritual besar—Buddha dan Hindu—hidup berdampingan di Jawa. Itu sebabnya, ketika menyusun perbedaan Candi Prambanan dan Borobudur, kita tak hanya bicara bentuk fisik, tapi juga filosofi dan cerita budaya yang mengalir dari masing-masing situs.
Gaya Arsitektur dan Keunikan Cerita Relief
Borobudur: Mandala dan Meditasi dalam Batu

Borobudur dirancang sebagai mandala besar untuk meditasi. Struktur piramida bertingkat mencerminkan perjalanan spiritual manusia: dari dunia fana di tingkat bawah menuju pencerahan di puncak. Relief horizontalnya menggambarkan kehidupan dan ajaran Buddha, sedangkan stupa lengkap dengan patung Buddha duduk menciptakan suasana sakral dan sakral yang mendalam. Saat matahari pagi menyinari stupa, siluetnya membentuk bayangan menyerupai lingkaran cahaya—momen magis yang sulit dilupakan.
Prambanan: Vertikalitas dan Dinamika Ramayana

Prambanan lebih vertikal, arsitekturnya menjulang tinggi dan terkesan dinamis. Relief Ramayana merekam kisah cinta Rama dan Sinta, lengkap dengan adegan Hanoman menghancurkan Rahwana. Efek pencahayaan saat senja membuat relief tampak hidup. Desain menara dan gapura juga menunjukkan kemahiran teknik batu kuno. Jika Borobudur seperti meditasi statis, Prambanan seperti drama teater batu besar yang memukau.
Kata kunci seperti “arsitektur candi”, “kisah Ramayana”, “mandala Buddhis”, dan “pelestarian warisan budaya” bisa kalian gunakan saat menceritakan perbedaannya ke teman atau keluarga. Itu bagian dari kekayaan informasi dalam memahami perbedaan Candi Prambanan dan Borobudur dengan lebih dalam.
Pengalaman Kunjungan (Mana Dulu yang Harus Dikunjungi?)
Jadi, kalau kita hanya punya waktu satu hari, mana dulu yang harus dikunjungi: Borobudur atau Prambanan? Menurut saya sebagai perempuan matang yang pernah keliling sendirian dan bawa anak, urutannya idealnya adalah:
Pagi ke Borobudur: Saat udara masih sejuk, kabut tipis di pagi bisa membuat visual candi Borobudur makin magis. Sunrise tour memberikan dimensi spiritual yang sulit ditemukan di tempat lain. Setelah berjalan kaki ke puncak, lalu restor di area kaki candi dengan kopi lokal — pas banget.
Siang ke Prambanan: Setelah makan siang ala Jogja, lanjut ke Prambanan. Kompleks ini punya area lebih luas dan banyak spot foto estetik. Berjalan sambil menikmati relief Ramayana, lalu duduk di teras sambil ngeteh jahe.
Pengurutan ini membuat hari kalian terasa dinamis: pagi yang tenang dan reflektif, siang yang visual dan penuh cerita. Itu kenapa saat menyusun itinerary nanti, perbedaan Candi Prambanan dan Borobudur juga terasa sebagai perpaduan antara spiritualitas dan drama budaya.
Rekomendasi: Jika Hanya Bisa Kunjungi Satu
Kalau kita cuma bisa memilih satu karena waktu atau energi terbatas, pilihan saya akan bergantung pada mood:
Kalau kalian cari kedamaian dan refleksi batin: pilih Borobudur.
Situs ini memang punya nuansa yang tenang dan kontemplatif, apalagi kalau kalian datang pagi-pagi, sebelum rombongan wisatawan mulai berdatangan. Saya sendiri pernah duduk cukup lama di salah satu sudut atas candi sambil menikmati angin pagi dan memandangi stupa-stupa besar. Rasanya damai sekali—seperti ada ruang untuk berpikir dan mendengar suara hati sendiri (cieeh!).
Buat kalian yang suka solo traveling, Borobudur bisa jadi spot healing yang pas. Tips dari saya: datanglah sebelum jam 8 pagi agar bisa menikmati suasana yang masih sepi dan segar. Jangan lupa bawa air minum sendiri, karena walaupun jalurnya bertangga-tangga, kadang kita suka lupa hidrasi saking fokusnya sama pemandangan. Dan satu hal lagi—kalau kalian suka journaling, bawa buku catatan kecil. Siapa tahu muncul inspirasi dari suasana spiritual Borobudur yang magis ini.
Kalau kalian ingin melihat arsitektur tinggi, cerita Ramayana, dan panorama Instagrammable: pilih Prambanan.
Prambanan itu tempat yang fotogenik banget—serius. Saat saya ke sana terakhir, saya bahkan sempat ikut tur kecil bersama pemandu lokal yang menjelaskan detail setiap relief di Candi Siwa. Dari cerita tentang Rama dan Sinta sampai filosofi tentang kehidupan yang dipahat rapi di batu, semuanya bikin kita takjub dan makin paham konteks budayanya.
Kalau kalian solo traveler, Prambanan juga cukup ramah kok. Area yang luas memberi ruang gerak, banyak spot duduk untuk istirahat, dan ada tempat penyewaan audio guide buat yang mau eksplor sendiri. Tips dari saya: datanglah menjelang sore supaya bisa sekalian menikmati matahari terbenam dari balik menara candi. Dan kalau kalian berencana menonton sendratari Ramayana di malam hari, lebih baik pesan tiket online jauh-jauh hari ya, supaya dapat tempat duduk terbaik.
Tapi kalau memungkinkan, kombinasikan keduanya dalam itinerary sehari—karena itu menyatukan kontradiksi: meditatif dan dramatis, sunyi dan visual. Dan ini juga bagian dari cara memahami perbedaan Candi Prambanan dan Borobudur dari sisi pengalaman pribadi.
Penutup
Dua situs candi terbesar di nusantara ini bukan hanya bangunan batu tua—mereka adalah buku besar dalam bentuk arsitektur. Apapun pilihan kalian, salah satu hal indah tentang traveling ke Jogja adalah kita bisa melangkah sambil belajar tentang filosofi hidup dan estetika budaya.
Kalau kalian penasaran dengan cerita lengkap saya tentang petualangan di Candi Prambanan dan Kraton Ratu Boko, atau ingin tahu pengalaman liburan ke Borobudur yang syahdu, silakan mampir ke tulisan saya di sini:
Seeya!