Waktu ke Bali beberapa waktu lalu, di hari terakhir, yang bisa dikatakan sebagai hari super santai, saya dan Vay mengunjungi tempat rekreasi seru yang sempat hits setahun terakhir. Upside Down World Bali Museum. Kebetulan tidak terlalu juga dari hotel tempat kami menginap, jadi kami ya jalan santailah.
Ini adalah tempat di mana kita akan merasakan “sensasi rumah terbalik”. Pernah dong membayangkan bagaimana rasanya terbang atau berjalan-jalan di atas awan, atau kalau lagi nonton film bertema sihir, terbayang gitu bagaimana rasanya jadi penyihir yang bisa tebang. Nah, di Upside Down World ini kita bisa merasakan — hanya merasakan — melalui trik kamuflase mata (dalam bentuk foto nantinya) ketika kita berada di dalam ruangan yang semua isinya terbalik.
Saya dan Vay tiba di tempat ini sekitar jam setengah sebelas. Harga tiket masuk Rp100.000 untuk dewasa – Rp50.000 untuk anak, dan pengunjung harus membuka sepatu sebelum masuk ke dalam. Ternyata wisata indoor ini masih hits juga lho kemarin, saya lihat banyak sekali keluarga yang datang berkunjung ke tempat ini, baik wisatawan asing atau pun turis lokal.
Setelah mengantri kurang lebih dua puluh menit, baru giliran saya dan Vay masuk. Sebelumnya di depan pintu masuk kami difoto dengan latar belakang green screen. Dan saya datar saja saat diminta bergaya. Untuk apa pula kawan ini minta awak bergaya di depan green screen? Di dalam kan pasti bisa foto puas-puas dengan latar yang real. Gak perlu boongan kayak gitu. Kecuali saat di Garuda Wisnu Kencana itu sajalah saya ambil foto hasil DI, karena foto yang kami punya ada bocor pengunjung lain. (Merepet sendiri)
Eniwei, yang menarik dari Upside Down World Bali ini adalah bagaimana mereka menampilkan setiap ruangan selayaknya rumah pada umumnya lengkap dengan perabotannya, dan semua didesain terbalik. Saya memandang cukup lama di dalam beberapa ruangan untuk menebak-nebak bagaimana sebenarnya mereka “menempel” semua perabotan itu dengan kuat di langit-langit. Tapi ya kalau berdasarkan logika, tentu room set ini semua dibuat dalam posisi normal dulu baru kemudian rangkanya dipasang terbalik di langit-langit.
Memang, untuk berfoto di dalam kita tak bisa sendiri mengira-ngira posisi dan gayanya, karena perspektif kita yang belum terbiasa. Untungnya di sini ada beberapa pegawai yang bertugas mengawal pengunjung dan membantu mengarahkan gaya dan memotret. Kebanyakan saya hanya minta si orangnya mengarahkan gaya Vay, dan saya yang memotret. Untuk beberapa ruangan saja saya minta difotoin berdua dengan Vay.
Di sini pun ada fotografer kok, yang akan memotret setiap pengunjung di setiap ruangan. Saat kita keluar, kita bisa pilih mana yang kita mau untuk dicetak.
Cuma ya, menurut saya kekurangan tempat ini adalah, keseruannya tidak bisa lebih dari dua puluh menit. Dengan banyaknya pengunjung mengantri di luar, yang di dalam tidak bisa berlama-lama mencoba macam-macam gaya di satu ruangan. Dua tiga kali foto, disuruh berlalu. Ada untungnya bawa kamera sendiri, jadi saya punya alasan untuk memotret berkali-kali untuk memastikan hasilnya sesuai. Saya tak mau buru-buru pindah ruangan, soalnya saya lihat Vay suka sekali. Tahulah anak perempuan, suka main rumah-rumahan, jadi melihat interior keren dengan warna-warna menarik, langsung suka. Cuma ada satu ruangan yang Vay tidak nyaman disuruh bergaya, soalnya dia gak suka dengan salah satu gaya pegawainya. Setelah si Mas yang itu kita lewati, baru Vay semangat lagi. Iya kan, anak-anak aja sudah tahu mana yang nyebelin. 🙂
Keluar dari ruangan terbalik yang terakhir, tiba di tempat penjualan printed foto, frame, dan merchandise lainnya. Harga cetak satu lembar Rp75.000 belum termasuk frame. Mereka ada paket cetak dengan frame, yang bahan kertasnya katanya anti air. Tapi berhubung hasil foto saya dan Vay yang diambil tidak terlalu oke, jadi ya gak jadi diambil. Sayang ah cetak foto semahal itu.
Meski saya pribadi tidak puas karena waktu explore tidak lebih dari dua puluh menit, tapi saya lihat Vay lumayan senang dan tak sabar ingin melihat foto-fotonya dicetak. (Yang penting anaknya senang)
Bila pembaca TS ingin berkunjung ke Upsidedown World Bali, berikut alamatnya:
Jl. By Pass Ngurah Rai No.762, Pemogan, Denpasar, Bali, 80221
Phone:(0361) 8473053
Opening Hours: 09:00 – 21:00
-ZD-
Pingback: Tempat Wisata Keren di Bali Selain Pantai | Mom Travel & Photography Blog - Zizy Damanik
wah ternyata di Bali juga ada ya. di Jogja juga ada tempet mirip kayak gini mbak namanya Upside Down World Jogja, apa ini satu manajemen ya
Kayaknya 1 manajemen. Di Jakarta juga ada 1, dengan nama yang sama.
tempatnya memang lucu banget mba..tapi cetak fotonya mahal ajaaa hehehe
Hehe…. iya cetak fotonya kemahalan…. dan belum tentu kece juga hasilnya.
20 menit,ga puas donk yah.
Dandan aja bisa mpe 10 menit ;p
Bener. 20 menit, jepret2 terus udah. Gak puasss…. heheh..
Kayaknya lagi hebring banget ya kak disana ?
Sayangnya terakhir kali saya kebali masih belum ada. Hahaha.
Next time kalo ke Bali pengen lah kesini.
Ya walau mungkin udah basi kali ya, wkwkkw ?
Kalau ke Bali nanti tetaplah ke sini. Kayaknya belum basi juga. Soalnya belum tentu ada di Jayapura ini… hihiih…
Saya suka pengen banget ke sini, tapi anak-anak udah susah diajak foto. Kayaknya harus rame-rame ma temen-temen biar bisa seserua bareng 😀
Bener bangettt…. Kalau kita buibu enaknya sih rame2 sama temen ya jadi seseruannya juga beda. Sama anak kok ya aku kayak saingan begaya hahahah…..