Vay dan Sahabatnya

Secangkir teh susu: Punya anak itu sama dengan sekolah, kita belajar terus. Bagaimana agar bisa jadi panutan dan bagaimana agar bisa memberi nasihat yang baik buat dia.

Vay dan Sahabatnya

Akhir minggu lalu, dapat laporan dari sekolahnya Vay. Jadi kan awalnya saya minta Vay dikasih worksheet tambahan untuk di rumah, soalnya di akhir bulan ini kita berencana mau pergi jalan-jalan, dan Vay akan bolos dua hari. Ternyata dapat laporan dari Miss-nya Vay di kelas. Katanya Vay itu sebenarnya tidak ada masalah dengan pelajaran, so far dia fine-fine saja. Yang agak jadi masalah adalah sifatnya di kelas. Jadi kan, seperti yang pernah saya ceritakan di sini, Vay itu punya teman dekat di kelas. Nah, Vay ini belakangan suka sekali ngikutin temannya itu. Kalau temannya sedikit lama menyelesaikan worksheet, Vay itu suka ikut-ikutan; menulis dilama-lamain, gambar dilama-lamain, pokoknya dia memperlambat dirinya demi temannya. Miss-nya sudah berkali-kali mengingatkan dia, kalau sudah selesai segera move, kerjakan yang lain, tapi Vay tidak mau dengar. Intinya susah dibilangin.

Mendengar itu, Vay saya panggil dan saya ajak ngobrol. Actually kemarin itu saya agak gak sabaran dan rasanya pengen langsung merepet saja, soalnya gemes dengarnya, ini anak kita harusnya bisa cepat menyelesaikan tugas tapi kok malah ngikut-ngikut temannya yang lambat. Saya tanya kenapa semua perbuatan temannya diikuti, Vay diam saja. Saya bilang padanya, kalau mereka memang best friend, seharusnya sama-sama enak di keduanya, jadi kalau Vay sudah selesai duluan, harusnya bisa jadi motivasi buat temannya, bukan malah sebaliknya sengaja dilama-lamain.

Dia kelihatan defense. Lalu keluarlah ‘ancaman’ dari mulut maminya ini. Saya katakan padanya, kalau tetap tidak mau menurut pada Miss di sekolah, dia batal ikut jalan-jalan, dan tidak akan ada oleh-oleh lagi sampai mami dengar dia berubah. Langsung komplen dia. Ya iyalah, kalau mau fair, maka mami juga berhak meminta dari dia.

So, saya ajak dia berdiskusi. Saya katakan padanya bahwa gurunya adalah pengganti mami dan ayah selama mami dan ayah bekerja, jadi dia sebaiknya menghormati gurunya di sekolah, toh yang mengajarkan dia di sekolah kan gurunya, bukan teman dekatnya. Sama halnya dengan mbaknya di rumah, yang kita percaya untuk mengurus dan menjaganya selama kita bekerja.

Malamnya saat ayahnya pulang, saya mengadukan kelakuan Vay. Lalu ayahnya bertanya dengan bahasa yang lebih halus padanya. “Kenapa teman Vay itu lambat ngerjainnya? Menurut Vay kenapa?” Lalu Vay mikir sebentar, baru menjawab, “Kata dia, worksheet-nya susaaahh…” “Nah, kalau buat Vay, worksheet-nya susah, gak?” “Enggak.” “Nah, kalau memang Vay sudah selesai duluan, diajak dong temannya biar ikutan cepat selesai kerjainnya… jangan diikuti yang lambat….” *nah kan, sama juga nasihatnya…

Lalu ayahnya melanjutkan, kalau memang teman dekatnya itu kemudian memusuhi dia, tak perlu takut, karena masih banyak teman lain yang pasti mau main dengan dia. Saya diam saja kemarin, tidak mau komentar lagi.

Tapi dalam hati saya berpikir keras bagaimana caranya agar Vay bisa pisah dulu dari temannya itu selama di kelas. Akhirnya saya titip pesan ke mbaknya Vay, tolong bilang ke Miss-nya agar Vay dipisahkan saja grupnya dengan temannya saat lagi belajar. Tapi kalau sudah jam main ya silahkan saja.

Yeah, bagaimanapun juga kan tidak ingin Vay jadi kehilangan momen-momen manisnya berteman, agar dia punya semakin banyak pengalaman dalam pergaulan. Meskipun, kalau dengar ceritanya, Vay lebih sering jadi yang di-bully lah. Contohnya seperti cerita Vay pada hari Minggunya, katanya temannya itu sering sekali curang. Kalau main selalu mau yang menang, kalau pilih barang pasti mau yang bagus terus, dan Vay selalu dikasih yang jelek. Lalu saya tanya, kalau teman-teman sepermainannya yang lain, suka curang juga gak. Katanya enggak, hanya teman dekatnya yang satu itu saja. Terus saya tanya lagi, kalau begitu kenapa Vay masih terus mau berteman dengan dia? Apa yang Vay dapat dari dia? Eh, tapi itu pertanyaan yang agak berat kali ya, karena Vay bingung harus menjawab apa. *maafkan maminya yang terbiasa to the point* 

Bertemanlah dengan banyak teman, dan carilah teman yang memang tidak mau menang sendiri, begitu kata saya akhirnya. Kejam sih ya. Sebenarnya maksud yang saya ingin sampaikan adalah: “carilah teman sebanyaknya agar pikiran lebih terbuka dan tidak terlalu tergantung pada satu teman saja.” Tapi Vay tentu belum bisa mengerti konsep itu, karena dia masih kecil, dan masih menikmati punya teman dekat. Sampai nyanyi-nyanyi sendiri, entah lagu apa tapi saya dengar ada liriknya begini : “I promise I will be your best friend…” **gaya kali anak-anak sekarang, mamaknya waktu kecil aja cuma nyanyi Goro-gorone… LOL.

“Ya sudah, Nak, coba besok Vay ganti teman dulu sehari dua hari. Main sama yang lain, gimana rasanya.” “Iya deh, Vay gak mau lagi main sama dia… habis, curang, curang, curaaaang teruss…” katanya lagi. Nah, akhirnya dia merasa sendiri kan kalau dia selalu dirugikan oleh temannya.

Dan tadi pagi sebelum saya ke kantor, saya titip pesan lagi ke Vay. “Nanti Mami akan tanya ke Miss, bagaimana Vay hari ini di sekolah…. Ingat ya, Vay sudah janji kan?” Mukanya memerah, tapi dia mengangguk juga.

Pusing ya punya anak kecil beranjak gede. Bingung mencari nasihat yang tepat buat dia….

Vay & Balet

Akhir cerita, saya sharing foto-foto hari Minggu kemarin ya, saat Vay dan teman-temannya balet di FX lifestyle X’nter. Ada videonya sih, tapi lagi susah upload ke YouTube. Vay baru sebulan ini ikutan balet lagi, dan karena kebetulan pula langsung mau perform, jadi ya sudah langsung saja ikutan, meski akhirnya dapat paling bontot, berdiri paling ujung lagi seperti dulu. Lalu entah kenapa dia gak semangat baletnya, kayak hilang mood, padahal paginya masih semangat. Mungkin karena kelamaan nunggu ya, secara nyampek di FX jam 9 pagi (harusnya disuruh kumpul jam 10 pagi) dan tampilnya baru jam 12 siang.

Candid saat anak-anak ini menunggu di ruangan

Pada kelaparan nunggu jam 12. Langsung dibelikan french fries untuk ngemil rame-rame..

Perform Balet Vay yang kedua… :)

 

Untuk perform kali ini, saya sudah persiapanlah. Sudah beli konde, beli harnet, dan kemudian wajah Vay dirias sedikit dari rumah. Ala kadarnya saja, dengan peralatan make up yang ada saja. Eh jadinya bagus juga, gak sangka, mbaknya sampai muji-muji Vay cantik banget dengan make up natural ala mami. Mungkin karena kulit anak-anak itu masih bagus dan bening kali ya, jadi begitu dipulas seadanya saja, dengan sedikit sudut mata dibikin agak kecoklatan, eh jadinya bagus. (Beda sama emaknya yang biarpun sudah pakai make up ya gitu juga kelihatannya, B aja gitu maksudnya, hehehe….)

So, itu cerita wiken kemarin…. hemat banget gue yah, dua cerita dihemat jadi satu postingan. 🙂

(All pictures was taken by Samsung Galaxy Camera)

Sharing is Caring

by

About Zizy An emotional mother of one daughter who likes to share her life journey. Passionate in travel, photography, and digital content. Drop your email to hello@tehsusu.com to collaborate.

45 thoughts on “Vay dan Sahabatnya

  1. memang sih ya nasihatin anak kecil itu harus pintar-pintar memilih kata

    oh iya, vay cantik sekali pas pake kostum baletnya, like it

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *