Cerita Liburan ke Jogja: Seru-Seruan di Merapi Lava Tour

Ini adalah lanjutan cerita liburan saya dan Vay ke Jogja, masih di hari pertama 31 Desember 2023. Untuk cerita sebelumnya, bisa baca di sini.

Setelah dari Candi Borobudur, teman saya Baho langsung tancap gas ke Merapi. Kami akan melakukan tour melalui semua tempat (desa) yang terkena dampak paling rusah akibat letusan Merapi di tahun 2010 dengan memakai jeep.

merapi lava tour

Mungkin banyak dari pembaca blog ini yang melewati masa-masa bencana alam letusan Merapi yang dahsyat itu. Itu tahun 2010, anak saya masih usia 2 tahun dan mungkin dia antara ingat atau tidak dengan cerita saya ketika saat itu gunung meletus dan semua televisi dipenuhi oleh berita itu. Tapi kali ini, saya membawanya sebagai bagian dari wisata edukasi buat kami berdua juga, melihat langsung seperti apa tempat itu dulu ketika letusan terjadi.

Baho membawa kami ke kantor penyedia Wisata Jeep Lava Tour langganannya. Menurut cerita Baho, kantor itu adalah pelaku bisnis jeep pertama di tempat itu, sebelum kemudian diikuti oleh banyak agen lainnya. Dan semua wisata di sini dijalankan oleh warga sendiri.

Untuk wisata jeep Merapi Lava Tour ini, ada dua pilihan. Yang pertama, rute pendek dengan harga 350 ribu, dan rute medium dengan harga 450 ribu. Pada dasarnya, kalau yang 450 ribu itu sudah lengkaplah, diajak berkeliling, didampingi oleh guide yang akan bercerita, lalu diakhiri dengan kegiatan bermain terjang air sungai dengan jeep, yang cukup ekstrim. Saya pilih rute medium, ini perjalanan trip sampai 2 jam, dengan rute: ke Bunker, ke Museum Mini Sisa Harta, lalu bermain air, Offroad di sungai dengan jeep.

Mas Guidenya sempat tanya ke saya, “Mbaknya mau main airnya nanti yang extreme atau semi extreme?” Saya tanya apa bedanya. Katanya kalau yang tadi saya lewati (ketika di perjalanan kami memang melewati para wisatawan sedang bermain jeep di sungai) itu beda tempat, terlalu ramai. Kalau mau tempat yang satu lagi boleh. Ya sudah saya setuju saja.

Perjalanan pertama dengan jeep adalah mengelilingi daerah Merapi. Saya melihat di kanan kiri, batu-batu sebesar mobil yang merupakan muntahan isi Gunung Merapi, kemudian tempat-tempat yang menurut cerita Mas Guide adalah bekas restoran, bekas villa dan juga rumah penduduk yang saat kejadian ya habis semua. Saat kejadian itu ceritanya, semua wilayah yang terkena dampak sampai 15 KM dari gunung. Ngeri ya! Dan memang saat kejadian itu, yang paling tak terduga yang kemudian memakan banyak korban adalah dengan meluncurnya awan panas yang tak disangka-sangka. Kalau lahar, masih butuh waktu untuk meluncur ke bawah, tapi kebanyakan korban sudah kena duluan oleh awan panas.

Saat ini lokasi memang sudah hijau semua, tanaman-tananam baru bermunculan setelah masa erupsi di 2010, kemudian pasir-pasir dari sisa letusan gunung juga saya lihat sedang diangkat untuk dipindahkan ke sungai-sungai atau beberapa tempat lain.

Museum Sisa Harta

Kami juga dibawa ke sebuah tempat yang ternyata merupakan rumah seorang petinggi saat itu, yang menjadi saksi bisu dari ngerinya letusan Gunung Merapi. Sekarang dijadikan museum mini bernama Museum Mini Sisa Harta. Saat ertama kali masuk ke dalam rumah, terdapat foto-foto yang menunjukkan kondisi saat kejadian, seperti sapi-sapi yang terpanggang, rumah dan mobil yang hancur, dll.

Di dalam museum mini alias rumah ini, kita bisa melihat banyak alat rumah tangga yang memang sudah ada di situ ketika kejadian. Jadi sebelum Gunung Merapi meletus, semua penduduk di desa dievakuasi, termasuk rumah itu, maka seperti itulah rumah itu ditinggalkan. Gelas-gelas kaca yang meleot meleleh (sebagai bukti bagaimana panasnya awan panas itu), panci-panci, lalu ada juga kerangka-kerangka sapi dan kerangka kelinci, semua begitu adanya.

Awan panas memang sangat berbahaya bagi paru-paru, bahkan meskipun saat itu masih ada binatang ternak yang selamat, mungkin paru-parunya sudah rusak dan tinggal menunggu waktu saja. Melihat foto-foto hewan ternak yang selamat saja bisa bikin mata berkaca-kaca, karena terbayang bahwa sebenarnya mereka sudah sekarat.

museum mini sisa harta merapi

museum mini sisa harta merapi lava tour

Cerita Mas Guide, saat ini untuk daerah itu, sejauh 7 KM dari Merapi sudah dilarang untuk dibuat pemukiman. Saat kita berkeliling pakai jeep, memang sudah tidak terlihat lagi pemukiman penduduk. Tapi kalau dipakai untuk bisnis atau usaha masih diperbolehkan, asalkan bukan untuk bertempat tinggal. Info-infonya lagi, daerah itu katanya mau dibangun jadi seperti taman safari oleh Raffi Ahmad. Wah, kalau mau pelihara hewan di situ, bagaimana kalau suatu saat ada bencana lagi, bagaimana kita mengevakuasi hewan-hewan itu? Dibiarkan saja terpanggang? Haduh.

Bunker Kaliadem

Kami juga berfoto di satu tempat dengan latar belakang Gunung Merapi Pecah, namanya Bunker Kaliadem. Iya, tujuan berfoto di situ adalah untuk menunjukkan bahwa puncak gunung sudah tidak utuh lagi, tapi sudah pecah, sudah koyak terbelah, kayak kalau kita potong tumpeng dari atas begitulah. Sayangnya kemarin cukup berawan, jadi di dalam foto kami tidak terlalu kelihatan pecahan puncaknya.

Kalau kata Mas Guide, beberapa waktu terakhir sampai kemarin itu setiap malam mereka bisa melihat pijaran-pijaran api sedikit-sedikit yang mengalir keluar dari Gn Merapi, tapi hal itu sudah dianggap biasa sama mereka dan dianggap belum terlalu mengkhawatirkan. Sementara saat tulisan ini tayang hari ini, Merapi sudah mulai bereaksi menyemburkan awan panas lagi.

Foto-foto di bawah ini diambil sama Mas Guidenya termasuk foto Kak Vaya. Dia yang mengarahkan gaya pula, saya sih nonton saja. Biasa kan gitu, anak saya kalau saya yang mengarahkan dia males-malesan, tapi kalau orang lain dia jadi kan jadi gak enak juga kalau asal gaya.

merapi lava tour bunker kaliadem

bunker kaliadem jogjakarta

bunker kaliadem merapi

Lalu ya, waktu Mas Guidenya bilang mau ambil video, dia itu gak kasih brief lengkap kalau dia mau ambil ala-ala drone. Awalnya dia minta saya bikin tangan ke depan, lalu kemudian dia bilang nanti kakak (Vay) dadah-dadah ya. Begitu dia shoot dan mundur, dia baru bilang saya mau bikin ala-ala drone ya. Loh loh, ya saya udah set tangan begitu terus haha… Ampun deh, belum pernah di-shoot seperti itu jadi bingung sendiri.

Ini video rangkuman perjalanan kedua tempat di atas, saya posting di Instagram juga.

Lanjuttt…

Offroad Kali Kuning

Setelah dari museum tadi, saatnya kami main yang fun-fun. Kami akan bermain menerjang kali settingan dengan jeep! Fun Offroad Kali Kuning namanya. Ini jelas sangat menantang adrenalin, dan saya ingin Vay juga harus ada pengalaman cobain beginian biar tahu  bagaimana serunya permainan seperti ini.

Saat sudah di atas jeep lagi setelah dari museum mini, masnya bilang, “Mbak kita turun ke bawah jadinya ya. Tadi Mas Baho text saya, katanya jangan ganti tempat, nanti tidak sesuai dengan yang tadi dikasih lihat. Jadi kita ke sungai yang tadi Mbaknya lewati waktu ke sini.”

“Oh oke oke.” Saya baru ngeh ternyata yang dimaksud dengan yang extreme adalah yang di sungai pertama tadi. Waahhh saya langsung semangat. Saya pernah dulu cobain model kegiatan outdoor ini waktu masih ngantor, which is 10 tahun yang lalu, jadi sudah kebayang serunya seperti ini.

Tiba di lokasi, ada banyak grup berkumpul di jeep masing-masing, bersiap untuk gantian masuk. Ya kan memang harus diatur berapa-berapa agar lintasan yang dilalui oleh jeep-jeep ini bisa menciptakan cipratan ombak yang seru buat pelancong.

Kami sudah tiba duluan tapi menunggu agak lama, karena Mas Guide sedang menunggu relawan kang foto yang kosong. Saya akan menitipkan handphone saya supaya kang foto bisa mengambil momen-momen itu. Duh, saya sudah agak deg-degan karena batre handphone sudah merah, tinggal 10% dan memang sudah saya setting Airplane Mode.

Akhirnya ada juga bapak-bapak yang menangkap panggilan Mas Guide. Dia datang, saya kasih handphone dan password saya sekalian, dicoba dulu berhasil atau tidak, baru kami bersiap.

fun off road kali kuning

Saya dan Vay diminta berdiri dan pegangan pada tiang atap jeep, lalu tas kamera yang saya bawa saya gantungkan di belakang seat sebelah kiri pengemudi. Sebenarnya kalau gak mau basah, bisa pakai jas hujan plastik, di situ disediakan juga. Saya lihat yang pakai jas hujan biasanya para pelancong yang berpakaian rapi seperti mau ke mall, dengan sandal teplek atau wedges.

Saya dan Vay tidak pakai jas hutan. Jeleklah nanti fotonya kalau pakai plastik. Niat mau main beginian tapi pakai jas hujan, serunya di mana. Tapi meskipun begitu saya juga gak mau sampai basah kuyup sih.

Oke permainan dimulai! Seru sekali ternyata. Saya tahu anak saya cukup enjoy meskipun mungkin dia akan lebih enjoy kalau main dengan saudara-saudara atau teman-temannya. Dan beruntung juga kami, Mas Guidenya jago. Kepiawaiannya mengendarai jeep, berhasil menciptakan ombak besar dan kesenangan buat kami, tapi yang basah lumayan kuyup ya dia, bukan kami. Kami hanya kena cipratan sedikit-sedikit saja.

Kami berputar beberapa kali, baru kemudian berhenti sebentar di parkiran untuk menenangkan diri dan menerima ponsel saya dari bapak-bapak yang tadi bantuin dokumentasi. Saya berikan Rp 20 ribu sebagai tip.

Saya sudah buat videonya duluan kemarin itu di Instagram. Ada di bawah ini buat yang ingin lihat seperti apa keseruannya. Meskipun beda dengan mengalaminya langsung.

Satu hal

Hal yang menjadi perhatian saya di tempat wisata Merapi Lava Tour ini adalah, semangat gotong royong dan saling bantu antara penyedia wisata dengan penduduk setempat. Ternyata, sebagian jalan di dalamnya itu dibangun atas biaya mereka (bukan atas biaya pemerintah), sehingga mereka semua sama-sama menjaganya. Setiap kali kami memotong untuk masuk ke satu jalan desa, Mas Guide akan memasukkan beberapa ribu rupiah ke para penjaga yang kami lewati, sambil saling menyapa ramah. Katanya itu memang untuk kas desa, jadi agar semua penduduk di sekitar Merapi juga kebagian rezeki. Karena kita kan juga melewati tanah mereka, jadi  kalau ada apa-apa, kita akan dibantu mereka. Dana itu bisa dipakai juga untuk perbaikan kecil-kecilan di jalan. Ini contoh yang bagus untuk di tempat lain, agar tidak ada kecemburuan sosial. Ya mungkin karena ini dikelola warga jadi rasa memiliki dan rasa saling bantu jauh lebih besar dibandingkan kalau dikelola sama orang luar.

Lanjut ke mana lagi?

Selesai urusan basah-basah, kami sholat sebentar di mushola yang ada di kantor jeep tadi. Tidak berganti baju karena tidak basah, hanya Vay saja yang sepatunya lumayan basah. Mungkin karena dia posisinya di sebelah kanan jadi cipratan itu lebih banyak kena ke Vay.

Dari Merapi Lava Tour, destinasi wisata selanjutnya harusnya ke Candi Prambanan. Baho langsung tancap gas, sementara itu Vay sudah tertidur pulas di mobil. Kami tiba di Candi Prambanan jam empat sore kurang, cuaca sebenarnya cukup enak tuh sore-sore. Dan ternyata ramai sekali, mungkin ada acara akhir tahun ya kemarin itu. Saya bilang mungkin karena akhirnya kami tidak jadi masuk, haha.

Saya tadinya sudah berusaha membangunkan Vay, tapi dia terlihat tidur mati, tidak bergerak. Saya bilang ke Baho, kasih waktu satu jam dulu untuk saya dan Vay tidur sebentar di mobil karena kami cukup lelah juga akibat seharian keliling plus udara yang panas. Eh ternyata setelah satu jam kemudian, saya terbangun, eh dan saya lihat Vay tetap masih tidur mati. LOL.

Ya sudah saya bilang ke teman saya, kita skip saja karena saya lihat Vay lelah sekali. Ini Vay kalau dibangunkan paksa, dia bisa badmood, dan jadi gak enjoy juga nanti. Lebih baik lanjut dulu cari tempat makan yang benar untuk mengisi tenaga. Dari tadi siang memang belum ketemu tempat makan yang proper, pantas saja tenaga kurang.

Kami mampir di sebuah restoran dekat tepi sawah, dan menikmati makan sore dengan nikmat. Harga makanan cukup bersahabat di sini, kami bertiga makan dengan tiga porsi ayam (goreng dan bakar), tambah minum ini itu, telor dadar, tidak sampai 150 ribu lho. Padahal itu restoran besar sekali.

Sambil makan, kami akhirnya menyepakati bahwa nanti di hari ketiga baru kami ke Candi Prambanan. Pokoknya, kalau ke Yogyakarta (sekitarnya), yang namanya mampir ke Candi Borobudur dan Candi Prambanan itu wajib.

Akhirya ke Hotel Juga

So, setelah makan sore, kami akhirnya pulang ke hotel juga. Vay terlihat sangat senang karena langsung ke hotel, karena bisa berdingin-dingin di kamar. Sudah capek juga karena kami kan setelah sampai Jogja naik KA langsung gas mampir ke semua tempat.

Dan ternyata, karena itu malam tahun baru, kami juga dapat goodie bagi dari Yellow Hotel, lalu dapat voucher untuk dinner malam tahun di restorannya di rooftop. Setelah mandi dan bersih-bersih, saya dan Vay ke atas untuk sekadar mencicipi menunya, ternyata ada gratis bir lho. Tapi, saya sedang tidak tergoda untuk minum bir, nanti dimarahi Vay.

Kami tidak berlama-lama di restoran, sebentar saja setelah menikmati cemilan dan mendengarkan live music. Lebih enak bersantai-santai di kamar, menikmati malam tahun baru tanpa harus menunggu sampai jam dua belas malam. Malam itu kami pingsan dengan sukses, tentunya setelah saya mempersiapkan packing untuk kegiatan keesokan harinya di Jogja, yaitu???

Eksplor Goa Pindul!

Sharing is Caring
  • 3
    Shares

by

About Zizy An emotional mother of one daughter who likes to share her life journey. Passionate in travel, photography, and digital content. Drop your email to hello@tehsusu.com to collaborate.

4 thoughts on “Cerita Liburan ke Jogja: Seru-Seruan di Merapi Lava Tour

  1. Pingback: Cerita Liburan ke Jogja: Sunset Pertama 2024 di Obelix Sea View | Life and Travel Journal

  2. Pingback: Cerita Liburan ke Jogja: Eksplorasi Goa Pindul (Sekali Aja Cukup) | Life and Travel Journal

  3. Zam

    jadi inget pas musibah ini terjadi, ku masih kerja di Jogja. ke bunker ini dulu juga pas masih porak poranda. masih kerasa hawa panasnya meski sudah beberapa bulan lewat. ngga tau seperti apa sekarang karena waktu itu masih benar-benar berantakan tertimpa pasir lava.

    soal guyub, ini lah istimewanya Jogja. saling bantu dan gotong royong. duh, jadi kangen Jogja..

    ditunggu cerita selanjutnya!

    • Zizy

      Wah iya, kemarin bunkernya sudah bagus. Beberapa tahun lalu belum ada plank nama, tapi sekarang sudah ada plank nama, tapi kita kemarin fotonya memang gak pas di depan planknya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *