Nemenin My Tween Play Date

Mau cerita tentang libur 17-an kemarin. Saya pergi menemani anak saya Krasivaya untuk play date dengan dua temannya di mall. Kalau ditanya, kok berani? Gak takut karena masih pandemi? Dibilang takut, tentu saja masih ada rasa takut. Tapi saya tak bisa terus menolak karena anak saya sudah dua kali minta izin untuk bisa ketemuan sama temannya karena praktis mereka tidak bertemu sejak Jakarta mulai PSBB (pembatasan sosial berskala besar) dan ada satu temannya yan sudah beda sekolah. Jadi memang sudah kangen pengen ketemu langsung dan bercengkrama.Bayangkan saja mereka sudah berhenti bertemu sejak bulan Maret.

Saya pikir dampak COVID-19 yang lebih mengkhawatirkan adalah hilangnya kemampuan orang untuk bersosialisasi secara langsung. Sampai saya sendiri juga merasakannya ketika merasa begitu takut ketika harus meeting di luar pertama kali, dan juga cemas ketika ada tukang yang datang ke rumah untuk kerja.

Namun kemudian, saya menyadari bahwa rasanya tidak adil juga kalau saya terlalu parno berlebihan, sebab kita kan tahu di luar sana pun banyak orang yang MEMANG HARUS KERJA DI LUAR dan BERINTERAKSI DENGAN BANYAK ORANG dan harus memikul faktor resiko yang mungkin lebih besar. Simpelnya adalah, mari lindungi diri dan orang lain. Bila memang akan keluar dan bertemu orang lain, pastikan bahwa tubuh dalam keadaan sehat, lalu tetap kenakan masker dengan benar dan rajin mencuci tangan. No way untuk cipika-cipiki, lalu bila harus makan bersama pastikan untuk mencuci tangan dan berkumur dengan bersih sebelum duduk di meja.

tehsusu.com

SO! Ya, kemarin adalah PLAYDATE VAY PERTAMA KALI SEBAGAI REMAJA.

Duh rasanya waktu begitu cepat berlalu saat saya lihat anak saya sudah saling share foto ootd dengan dua bestiesnya sebelum mereka ketemuan. Padahal dulu maminya ikut nemenin terus, dari main di Lolypop, Chipmunks, dan playland lainnya. Haha sekarang anaknya sudah gede, gak boleh maminya ngintilin lagi.

Di dalam tas kecilnya, sudah saya selipkan semua kebutuhannya dan mengingatkannya bahwa dia harus ingat apa saja yang dia bawa (kan nanti di mall dia akan terpisah dari mamaknya toh?) seperti handphone, charger, dompet uang, tisu basah, hand sanitizer dan ziplock untuk masker (bila dia harus makan maka masker harus dimasukkan ke dalam plastik). Saya juga membekalinya dengan saldo dompet digital, in case dia mau beli pernak-pernik di toko yang bisa dibayar cashless, demi menghindari sentuhan dengan kasir. Uang cash juga tetap dibekali buat makan atau beli-beli sesuatu, dan biasanya kalau di restoran, kasirnya pasti pakai sarung tangan, dan kembalian diletakkan di baki kecil.

Begitu kami tiba di Mall Kota Kasablanka (oke kalau ada yang tanya kenapa pilihnya mall ini, karena memang ini mall yang paling dekat dari rumah kami dan rumah teman-temannya Vay), saya menemaninya sampai kedua temannya datang. Setelah itu ditinggal. Byeee! Vay melambai cepatnya, suruh mamaknya pergi. LOL.

Jadi ya begitulah, sementara anak saya mengukur lantai demi lantai di mall, saya juga berkeliling cuci mata dan juga mencari kebutuhan yang perlu dibeli. Lalu mendadak ada message masuk ke WhatsApp. Dari Vay.

“Mami, tolong.”

“Kenapa?”

“Tadi Vaya beli chocolate croissant di Starbucks, tapi ini sudah Vaya makan sampai habis kok ga ada coklatnya.” HAHAHAAA….! Mama bear pun langsung semangat, akhirnya anakku butuh bantuan juga.

“Benar gak tadi belinya itu? Sudah cek struknya?”

“Benar.” Lalu Vay kirim foto struknya.

“Ingat gak bentuk croissant yang dimakan tadi apa?”

“Iya. Tapi ini bentuknya beda. Vaya kira memang sudah berubah bentuk.”

“Ya sudah, ayo Mami tunggu di Starbucks.”

Dan ternyata benar ketika dibantu cek sama salah satu baristanya. Jadi ketika tadi beli croissant, sepertinya kasirnya salah ambil croissant (mungkin dia baru ya) jadi yang dia masukin ke paperbag itu butter croissant. Saya bilang ya sudah tolong berikan croissant yang benar (which is coklat) dan croissant yang tadi salah yang sudah dimakan Vay biar saya bayarkan. Tapi baristanya bilang gak usah, biar saja itu sebagai compliment karena memang mereka yang salah. Ya sud, akhirnya Nona Vay senang berhasil mendapatkan chocolat croissantnya, lalu dia berlalu dan ninggalin maminya lagi. LOL.

Setelah itu saya lanjut ngopi, melemaskan kaki. Karena ini ngopinya di luar, kali ini gak minum kopi hitam, tapi cafe latte aja. Kalau mau americano atau tubruk, mending seduh kopi manual saja di rumah.

cafe latte di tous les jours

Baca juga: Sudah Coba Bahan-bahan ini untuk Campuran Kopi Pagimu?

Eh tapi ternyata Nona Vay masih tetap butuh pertolongan. Dua jam kemudian dia nelepon, katanya lagi di Es Teler dan mau pesan, dan menanyakan biasanya menu yang dia makan apa. Sudah saya jawab dong. Eh gak lama telepon lagi, ternyata mereka bertiga pindah ke Bakmi GM. Pertanyaannya sama, kalau di Bakmi GM biasanya dia makannya apa.

Ketika saya keluar dari toilet, saya ketemu sama mami temannya Vay, yang juga kelihatan sudah mulai lelah menunggu. LOL. Balada mamak nungguin anak remaja yaaa… kaki udah patah, mau nongkrong juga bosan karena kelamaan.

Namun yang terpenting adalah anak-anak ini senang banget karena bisa bertemu dan main bareng. Senangnya Vay itu seperti habis liburan seminggu di Bali. 🙂

-ZD-

Sharing is Caring

by

About Zizy An emotional mother of one daughter who likes to share her life journey. Passionate in travel, photography, and digital content. Drop your email to hello@tehsusu.com to collaborate.

2 thoughts on “Nemenin My Tween Play Date

  1. Zam

    wahahaha.. jadinya nongkrong sama mamanya temennya Vay ngga, mbak? ?

    duh, bakmi GM.. paling suka sama pangsit gorengnya… ?

    • Zizy Dmk

      Hahahaa… akhirnya ngobrol bentar aja di situ kita, habis tu misah, ku pergi beli roti dulu buat dibawa pulang.
      Naahhh Bakmi GM ini adalah yang pertama ku dine in sehabis PSBB saking rindunya sama pangsig gor-nya.

Leave a Reply to Zizy Dmk Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *