Sudah Sampai di Medan

“Anak Kakak berapa umurnya?” Kasir muda berbadan bongsor di Maju Bersama Brayan bertanya.

“Lima belas.”

“Oh, masih muda kali ya. Memang kelihatan dari mukanya masih muda.”

“Adek berapa usianya?”

“Dua puluh satu.”

“Oh.. ya samalah, masih muda.” Jelas kan, apalagi dibandingkan dengan usia saya. Saya pasti beda-beda tipis usianya dengan orang tuanya.

“Iya. Berarti masih sekolahlah ya kalau lima belas.” Lanjutnya lagi sambil terus menghitung dan memasukkan barang belanjaan ke plastik.

Saya sudah di Medan sejak beberapa hari lalu, dan sedang belanja bulanan untuk kebutuhan Rumah Beringin. Ini adalah swalayan langganan keluarga kami sejak lama, dan sejak mami saya berpulang setahun lalu, praktis belanja untuk keperluan bulanan tak pernah lagi dilakukan. Biasanya anggota di rumah beli di Indomaret dekat rumah, atau di toko sembako, jauh lebih praktis. Dan biasanya saya juga bantu mesankan paket belanjaan melalui GrabMart, dikirim dari Hypermart Sun Plaza ke Rumah Beringin.

Melihat pernyataan terakhir remaja kasir tadi, dalam pikiran saya, oohhh iya, jadi mungkin saja saat dia dulu seusia Vay, dia sudah harus bekerja mencari uang, atau mungkin juga dia tidak sekolah sampai SMA? Tapi saya cenderung pada opsi pertama, karena untuk bekerja sebagai di kasir tentu harus minimal tamat SMA.

Ada yang ingin saya highlight dalam perjalanan Jakarta-Medan kemarin.

terminal 3 soeta

Yang pertama, ketika pesawat masih parkir untuk menunggu giliran take off, ada dua anak kecil usia 2-3 tahun yang menangis tidak berhenti. Dan mereka berada tepat di barisan belakang, satu dan tiga baris di belakang. Ada satu anak ada yang menangis sampai 45 menit (yes, kami nongkrong di runaway selama 45 menit), dan kedua anak itu baru terdiam ketika pesawat take-off. Selama mereka menangis, penumpang lain termasuk saya mulai pusing, sebab memang keras sekali, dan sebagian pasti dalam kondisi lelah karena sejak sahur sudah harus bersiap dan langsung cus ke bandara.

Tapi di sisi lain, saya tahu bahwa ini bisa terjadi pada siapa saja, dan kita berusaha bertoleransi. Namun saya yakin setiap orang tua tentu harus bisa prepare apa saja yang harus mereka bawa bila traveling dengan anak, terutama agar anak bisa betah selama di pesawat. Kalau saya dulu selalu membawa buku sticker baru serta perlengkapan menggambar, agar bisa mengalihkan perhatian anak dari pesawat ke mainan barunya.

Kemudian, Medan ternyata semakin semrawut. Artinya, untuk yang biasa bermacet-macet parah di Jakarta, ternyata di Medan pun semakin tahun semakin mendekati trafficnya Jakarta. Itu sebabnya sebisa mungkin saya menghindari main ke tengah kota karena biasanya akan nge-jam di sana. Meski demikian, gak berarti jalanan lainnya juga kosong. Sama saja, terutama karena banyak ruas jalan di Medan diubah rutenya, dari dua arah jadi satu arah, ini di satu sisi membantu mengurai, tapi juga membuat simpul kepadatan lainnya.

But eniwei, saya sudah di Medan. Dan saya mengucapkan pada teman-teman semua, Selamat Idul Fitri 1444 H. Taqabbalallaahu minnaa wa minkum.

mudik k medan

Sharing is Caring
  • 1
    Share

by

About Zizy An emotional mother of one daughter who likes to share her life journey. Passionate in travel, photography, and digital content. Drop your email to hello@tehsusu.com to collaborate.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *