[Bali Trip] Mandi Air Suci di Pura Tirta Empul

[Bali Trip] Mandi Air Suci di Pura Tirta Empul

Waktu ke Ubud kemarin itu, kami hanya sempat berjalan-jalan sebentar di Pasar Seni. Melihat ini, melihat itu, mengagumi ini dan itu, namun tidak membeli. Karena di pikiran saya, nanti saja saat mau pulang bisa beli di tempat oleh-oleh, toh sama-sama juga. Tapi ternyata gak semuanya ada, itulah ya kalau kebanyakan ragu dan mikir. Yang di Ubud itu jelas lebih bagus, lebih macam-macam bentuknya.

Nah, dari situ, kami lanjutlah ke satu pura yang ketika saya browsing sebelum ke Bali, adalah salah satu pura yang wajib untuk dikunjungi kalau ke Bali. Pura Tirta Empul namanya, yang terletak di Kecamatan Tampang Siring. Tidak terlalu jauh kalau kita lagi main di Ubud.

Kenapa wajib dan gak akan rugi? Karena di pura ini terdapat mata air yang masih sangat deras airnya, juga ada kolam pemandian yang digunakan untuk masyarakat pemeluk agama Hindu memohon tirta suci.

Pura Tirta Empul_0845

Sejarah Tampak Siring Pura Tirta Empul

Cerita sedikit ya tentang sejarahnya. Nama Tampak Siring berasal dari kata Tampak yang berarti telapak dan Siring berarti miring. Di salah satu lontar diceritakan sejarah Tampak Siring Bali, yaitu telapak dari raja yang bernama Mayadenawa.

Mayadenawa adalah seorang raja yang sakti namun memiliki sifat jahat dan arogan dengan menganggap dirinya adalah seorang dewa. Karena sifatnya yang tidak baik, Dewa Indra mengirim pasukan untuk menghancurkan Mayadenawa. Karena kalah perang, Mayadenawa lari ke hutan, dengan berjalan memiringkan kakinya. Sebelum akhirnya berhasil ditangkap oleh pasukan Dewa Indra, raja sakti ini menciptakan mata air beracun, yang berhasil membunuh sebagian pasukan Dewa Indra.

Dewa Indra pun menciptakan mata air penawar racun yang dinamakan Tirta Empul (air suci) untuk mengatasi mata air beracun Mayadenawa. Karena itulah, pura yang memiliki mata air ini disebut dengan nama Pura Tirta Empul, sementara hutan yang digunakan Mayadenawa untuk melarikan kemudian menjadi kawasan yang disebut Tampak Siring.

Beberapa kali memasuki pura-pura di Bali, membuat saya merasa bertambah kaya dari sisi kehidupan. Melihat bagaimana budaya Indonesia begitu menarik di mata wisatawan asing. Wisatawan asing yang bergerombol, saling berdiskusi serius tentang sejarah pura, bahkan tak sedikit dari mereka yang saya lihat ikut mandi di kolam Tirta Empul ini, meski bukan penganut Hindu. Jadi teringat ketika dulu saya masih remaja dan berlibur ke Bali dengan orang tua, kami pun seperti mereka, sangat kagum dengan budaya lokal yang sangat terjaga, senang gitu mendengarkan penjelasan dari tour leader.

Saya pun maunya anak saya juga begitu. Cinta dan bangga dengan budaya Indonesia. Jadi kalau pergi-pergi begini juga inginnya dia juga tahu sejarahnya.

Pura Tirta Empul_0843

Untuk dapat masuk dan berkeliling pura, harga tiket masuk perorang Rp15.000 untuk dewasa, dan Rp7.500 untuk anak. Eniwei, urusan mengantri tiket ini selalu saja bikin saya rada sebel. Selalu saja ada tour leader yang gak mau mengantri, sesukanya maju ke depan. Mungkin dia pikir karena dia orang lokal jadi boleh dapat jalur khusus gitu, ya. Tapi ini sungguh mengganggu, dan sudah beberapa kali. Di GWK juga ada yang gak mau antri, lalu ini di sini pun ada yang memotong antrian saya. Biarpun sempat disindir, “Ini gimana sih, gak antri.” Eh dia cuek aja. (Emosi jiwa)

Sebelum sampai ke kolam pemandian, ada pura untuk sembahyang. Dikunci supaya yang tidak berkepentingan tidak masuk. Saya intip memang ada yang sedang sembahyang di dalam. Ini juga fotonya dari atas tembok nih.

Pura Tirta Empul_0838

Setelah itu baru kita ketemu dengan kolam pemandian. Di sana ada banyak turis duduk di tepi untuk mengantri masuk ke kolam. Ingin merasakan mandi langsung dari pancuran mata air suci.

Dari kolam pemandian, ada wilayah pura yang harus dimasuki di mana kita bisa melihat kolam mata air. Sebelum masuk, harus mengikuti aturan yang diberikan. Pertama, harus pakai kain (ini sebenarnya sudah dari pintu masuk kita langsung dikasih kain), kedua untuk perempuan yang sedang datang bulan tidak boleh masuk, ketiga rambut harus diikat. Jadi meskipun merasa rambut sudah tertata rapi, dijepit atau pakai bando, tetap tidak boleh. Harus diikat. Penjaga di depan pura akan memberikan karet gelang bagi yang mau masuk.

Pura Tirta Empul_0854

Pura Tirta Empul_0857

Tiba di dalam, kami menghampiri kolam mata air. Wah, deras sekali, menggelegak-gelegak. Di dalamnya ada tanaman, yang saya tidak tahu itu tanaman apa ya, bisa terendam air begitu. Kemudian di sisi lain juga ada kolam ikan, jadi pengunjung bisa duduk-duduk santai di pinggiran sambil menonton ikan.

Satu lagi yang menarik dari Pura Tirta Empul ini selain kolam mata air dan kolam pemandian, adalah pengaturan pintu keluarnya. Pengunjung akan diarahkan untuk melewati para penjual cendera mata. Belok kanan, belok kiri, ikuti jalan, kanan kiri adalah para penjual. Terus sampai beberapa belokan gitu baru ketemu gerbang keluar yang mengarah ke tempat parkir.
Saat melewati para penjual, biasanya yang saya lakukan adalah percaya pada feeling saja, mana yang akan saya pilih untuk mampir. Jadi kan ada satu alat musik Bali yang unik, yang ketika dimainkan suaranya mirip sekali gendang Bali. Penjualnya memainkan alat musik itu sambil berkata, “Ayo, Bu. Lima belas saja.” Saya pun beloklah. Eh ternyata ‘jebakan batman’. Yang lima belas ribu itu gantungan kunci, kalau alat musik yang dipegang itu harganya Rp75.000. Saya langsung berlalu dari situ, sambil gandeng Vay yang muka kelihatan sangat berharap kepengen punya. Hahah. Sabar Dek, di depan sana masih banyak kok.

Dan benar saja. Si ibu penjual di belakang tadi langsung teriak menurunkan harga, dari awalnya dia sebut 60, turun ke angka 50, 40, dan kemudian 30. Ya sudah, dibeli. Satu tempat, satu kenang-kenangan. 🙂

Oleh-oleh Bali

-ZD-

10 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *