Yang Saya Pelajari dari Acara Reuni Anak Saya

Ceritanya minggu lalu anak saya ada acara reuni bersama teman-teman SD-nya angkatan 2020. Acara diadakan di sebuah hotel di daerah Bekasi, dan dihadiri hampir semua anak di angkatan itu, dengan sebagian anak ditemani pendamping, ibunya. Begitu pula Vay, ditemani oleh saya.

Kilas balik, di tahun 2020 sebenarnya sebagian para ibu sudah merencanakan acara perpisahan yang seru untuk anak-anak, namun mendadak badai COVID-19 masuk Indonesia, dan semua rencana berantakan. Meski sisi positif dari badai coronavirus adalah memaksa semua orang harus melek teknologi dan beralih ke online untuk hampir semua aspek kehidupan, untuk para anak praremaja dan remaja tentu banyak yang hilang dalam 2 tahun terakhir ini.

Seperti pada kejadian Vay dan teman-temannya, mereka jadi tidak punya acara kelulusan, tidak ada kenangan perpisahan dan foto bersama teman-teman dan guru-guru, apalagi bagi yang pindah sekolah dan tidak lanjut lagi di situ.

Kado yang Manis dan Susahnya Cari Jeans

Kurang lebih seminggu sebelum hari H, saya pergi bersama anak saya ke mall. Karena ada kewajiban harus pakai jeans dan baju berwarna pastel, maka kami “terpaksa” harus belanja baju, karena anak saya memang tak punya celana jeans, terakhir dia pakai jeans saat masih TK. Katanya kurang nyaman, jadi kami memang belum menemukan jeans bagus dengan pinggang karet.

Tiba di Kota Kasablanka Mall, saya lihat Vay sudah duluan masuk ke Scoop, lihat-lihat dan sekaligus mau mencari sesuatu untuk acara tukar kado di hari H. Saat saya menyusul, saya hanya tunggu di luar toko, dan Vay kemudian datang ke saya. Dia bilang, ternyata di dalam ada teman baiknya, cowok, Will juga sedang mencari kado bersama ibunya. Ya sudah saya akhirnya mengurungkan diri untuk masuk, ya kan anak sudah remaja ya, dia pasti malu juga kalau temannya lihat ibunya ngintilin dia terus. Haha. Dari luar saya lihat dua remaja itu lagi ngobrol sambil memilih-milih barang. 

Lima belas menit kemudian, Vay keluar dan bilang dia butuh bantuan saya. Temannya sudah selesai dan pergi duluan dengan ibunya. Lalu Vay bilang, tadi saat temannya lagi jongkok di lantai (ditemani ibunya), dan begitu temannya menoleh dan menyadari kalau ada Vay, “Eih, Vaya!” Ibu temannya langsung kabur. Hahah… Ternyata sama. Anak remaja jangan diganggu. Jadi Vay dan temannya itu dari SD barengan terus sampai sekarang SMP, dan kebetulan pula datang ke mall itu untuk cari kado sama beli baju untuk acara reuni.

Finally, Vay memilih sebuah notebook dengan warna netral, sebagai kado yang akan dibawa.

Selanjutnya, kita mulai mencari celana jeans. Dan ya, susah! Buat saya, anak 90-an yang hanya kenal merk Levi’s, saya tak pernah beli jeans merk lain sampai hari ini. Saya pernah beli 1 celana jeans Uniqlo, itu karena mau dipakai keluar negeri, bahannya heat tech.

Kami menghabiskan dua jam lebih di dalam HnM (dan saya sudah capek berdiri dan keliling), baru akhirnya mendapatkan celana jeans yang pas untuk Vay. Pas dalam arti panjangnya harus pas karena my Vay tidak terlalu tinggi, lalu modelnya juga harus sreg di hati, dan masuk model yang kekinian, dan tentu saja ukuran pinggang.

Lumayanlah saya jadi dapat ilmu banyak dengan istilah-istilah celana jeans sekarang. High waist, regular waist, highwasit skinny, baggy 90’s, sampai ada celana jeans dengan jenis mom regular waist dan high waist lho! Hahah. Jadi memang khusus untuk para ibu, yang biasanya sudah berpinggul besar.

Hari H

Untungnya saat hari H tiba, Jakarta sedang tidak hujan. Sempat khawatir juga karena dua-tiga hari sebelumnya hujan deras dan sampai genangan di mana-mana.

Kami tiba di lokasi sejam sebelum acara, biar dapat parkir aman di atas (dan bukan di basement!), lalu naik ke atas. Vay ready dengan gaya remajanya, sampai saya takjub. Ya ampun, ternyata anak sudah besar, dan ibunya makin tua hahah.

remaja

Vay sangat menikmati acaranya, banyak games seru dan tentu saja yang utama adalah ketemu dengan sahabat-sahabatnya yang sudah pisah sekolah. So, saya dan ibu-ibu lain duduk di barisan belakang, saling memperkenalkan diri lagi. Saya yakin kita semua punya pikiran yang sama, anak-anak kita ini masuk ke sekolah itu saat usia 6-7 tahun, lalu bersekolah bersama selama hampir 6 tahun, dan baru ketemu lagi 2 tahun kemudian. Kelihatan betul perbedaan yang kemarin masih kelihatan anak-anaknya, eh sekarang sudah kelihatan remaja.

“Halo, anak remaja!”

Sharing is Caring
  • 1
    Share

by

About Zizy An emotional mother of one daughter who likes to share her life journey. Passionate in travel, photography, and digital content. Drop your email to hello@tehsusu.com to collaborate.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *